Wednesday, August 10, 2011

KEMBALI KE AKAR


-->

 ALKITAB SEMITIK.

Pendahuluan.

            Banyak kali kita mendengar istilah “Back to the Bible” atau dalam bahasa Indonesianya “Kembali ke Kitab Suci”,


            Untuk itu kita perlu mengenal bagaimana terbentuknya Kitab Suci itu.

            Kitab Suci yang kita kenal dewasa ini terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Yang ditulis oleh sekitar 40 orang dari berbagai kalangan mulai dari orang biasa sampai raja-raja seperti Raja Daud dan anaknya Raja Salomo yang terkenal itu. Hebatnya lagi karena ditulis dalam kurun waktu 1500 tahun yaitu dari tahun 1492 s.M hingga tahun 100 M. sehingga menjadi satu kitab yang unik yang tidak ada duanya didunia. Demikian juga isinya bukan ditulis atas kehendak si penulis tetapi  kesaksian Kitab Suci bahwa para penulis dipimpin oleh Roh Kudus dan menerima pewahyuan dari pemilik Firman itu sendiri. Sehingga Kitab Suci disebut juga Adalah Firman Tuhan. Karena pemilik-Nya dapat “menulis” dan “berbicara” kepada umat manusia.  Seperti menulis kedua loh batu yang diberikannya kepada Musa (Kel. 31: 18; 32:16) demikian juga pada masa pembuangan umat Tuhan ke Babilon Ia menulis didinding Raja Belsasar (Daniel 5:5). Ia berbicara langsung kepada Musa sewaktu peristiwa di semak duri yang terbakar. Demikian juga kepada para nabi lainnya. Dalam Perjanjian Baru tatkala YAHSHUA dibaptis tedengar suara dari Surga. (Matius 3:17) demikian juga pada waktu diatas bukit. (Matius 17:5)

            Tentunya setelah mengetahui dengan jelas bagaimana terjadinya Kitab Suci, maka tentunya kita bertanya kepada siapa yang empunya Firman itu mempercayakan Firman-Nya itu?
            Maka tentunya kita menjawab yaitu kepada orang pilihan-Nya yang dipilihnya sesuai dengan rencana-Nya.

Yang pertama menulis Firman Tuhan menjadi bagian dari Kitab Suci adalah Musa yang dikenal dengan 5 Kitab Musa. Tapi sebelum Musa tentunya kita melihat jauh kebelakang yaitu, setelah manusia makin memenuhi dunia ini, sempat Tuhan murka atas ciptaannya, karena mereka telah melupakan pencipta-Nya. Kej.6:5 “ Ketika dilihat YAHWEH, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” Ia membinasakan manunia dengan air bah dan tersisa delapan orang yaitu Nuh dan istrinya serta ketiga anaknya beserta dengan istrinya melalui Bahtera Nuh.
Kemudian manusia terus berkembang biak sampai pada masa Abraham di pangil Nya untuk keluar dari tanah leluhurnya dan pergi untuk menempati tanah perjanjian. Dari Abram yang diubah Tuhan namanya menjadi Abraham memunculkan dua keturunan yaitu Ismail dan Ishak . Kemudian dari Ishak pilihannya muncul Esau dan Jakub. Yakub sewaktu pergumulannya di sungai Yabok diubah namanya menjadi Israel yang dianugerahkan 12 orang anak yang kemudian berkembang menjadi 12 suku Israel dan seterusnya berkembang menjadi 12 suku bangsa. Tapi ditengah perjalanan kedua belas suku bangsa Israel ini terpisah menjadi dua kerajaan. Yaitu 10 suku di Utara yang disebut Kerajaan Israel dan dua suku diselatan dengan Kerajaan YEHUDA yang kemudian dibuang ke Babilon dan sekembalinya mereka disebut dengan orang YAHUDI. Dari orang YAHUDI inilah terbit Juru selamat manusia yaitu namusia YAHSHUA HA MASIAH.

Mulai dari hari kelahiran-Nya telah dinubuatkan oleh para nabi, pada saat kelahiran-Nya terjadi mujizat yaitu dengan terdengarnya pujian dari para malaekat kepada para gembala. Kemudian jauh-jauh dari Timur Tuhan mengirim 3 orang majus untuk dating mempersembahkan persembahan mereka kepadanya. Karena cemburu Herodes hendak membunuhnya tapi diselamatkan ke Mesir. Karena tidak ditemui oleh Herodes banyak anak-anak harus mati dibunuh. Kemudian dalam perjalanan hidupnya didunia Ia melakukan banyak mujizat dan tanda-tanda ajaib, sehingga Ia menjadi besar dan bertambah hikmat-Nya dan makin diksihi oleh Elohim dan Manusia. (Luk.2:52)


1. Kedudukan Bahasa Ibrani Dalam Masyarakat Yahudi

Bahasa Ibrani tergolong ke dalam rumpun bahasa Semitik, yakni rumpun bahasa yang dipakai oleh keturunan Sem anak Nuh (Kej 10). Pada umumnya jika kita menyebut bahasa Ibrani maka kita tengah mengacu kepada bahasa yang dipakai menulis TORAH. Oleh para pakar Alkitab bahasa Ibrani ini dinamakan bahasa Ibrani klasik. Sejak kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babylon, bahasa ini mulai ditinggalkan sebagai bahasa sehari-hari dan digantikan dengan bahasa Aramaic-Hebrew dialekto (Kis.21:40;22:2) yang kemudian dinamakan bahasa Ibrani Mishnah (sebab dipakai untuk menyusun Mishnah). Ada pula pakar Alkitab yang menyebutnya sebagai bahasa Neo-Ibrani. Bahasa ini sangat dipengaruhi oleh bahasa Aramaik, bahkan kemudian digantikan olehnya pada abad keempat Masehi. Bahasa Aramaik telah menjadi bahasa lingua franca di daerah Timur sejak abad ketujuh sebelum Masehi sampai dengan pemunculan agama Islam di abad ketujuh Masehi. Bahasa ini pada gilirannya digantikan oleh bahasa Arab, yang juga masih termasuk dalam rumpun bahasa Semitik.

Classic Hebrew 1800 BCE to 400 BCE.
Mishnah Hebrew 400 BCE to 400 CE.
Modern Hebrew 1800 CE to present.

Bahasa Aramaik sendiri terdiri atas dua rumpun besar: Aramaik Barat dan Aramaik Timur, dimana kedua rumpun tersebut masih terbagi lagi atas sub-sub rumpun. Bahasa Ibrani Mishnah yang dipakai oleh orang Yahudi misalnya merupakan sub-rumpun Aramaik Barat Tengah. Oleh sebab itu untuk selanjutnya kita akan menyebutnya sebagai bahasa Aramaik saja.

Old Aramaic 1000 BCE to 700 BCE.
Imperial (Official) Aramaic 700 BCE to 200 BCE.
Middle Aramaic 200 BCE to 200 CE.
Late Aramaic 200 CE to 700 CE.
Modern Aramaic 700 CE to present

Yeshua berbicara dalam bahasa Aramaik dialek Galilea (bd. Kis 26:14). Dialek ini mudah dikenali oleh orang-orang Yudea seperti halnya logat Queen English mudah dikenali oleh penduduk New York. Hal ini juga menjelaskan mengapa Kefa (Petrus) mudah dikenali sebagai orang Galilea pengikut Mesias di luar rumah Kayafas (Mat 16:73). Meski begitu, Yeshua tidak diragukan lagi juga dapat berbicara dalam bahasa Yunani dan Latin seperti misalnya dalam percakapan dengan prajurit Romawi.

Lalu bagaimana dengan nasib bahasa Ibrani klasik ?

Walaupun bahasa ini tidak lagi menjadi bahasa aktif, bahasa ini tetap digunakan sebagai bahasa peribadatan dan liturgi.

Tetapi kemudian timbul persoalan bagaimana supaya Tanakh tetap dapat dimengerti oleh masyarakat. Untuk itu para ahli TORAH membuat terjemahan Tanakh ke dalam bahasa Aramaik yang kita kenal sebagai Targum.

Jadi di dalam kebaktian Sabat, setelah TORAH dibacakan dalam bahasa Ibrani klasik, seorang rabbi akan membacakan ulang dari Targum dan menjelaskannya kepada jemaat. Hal yang sama pula yang dilakukan oleh Yeshua ketika Ia mengajar di sinagoga-sinagoga.

Yang jelas YAHSHUA tidak memakai Septuaginta seperti yang dipercaya selama ini. Ada dua alasan untuk itu:

1)       Septuaginta adalah Tanakh terjemahan Yunani yang ditolak dan tidak pernah dipakai atau dimengerti bahasanya oleh orang Yahudi di Palestina.
2)       Masyarakat Yahudi pada zaman itu hanya menguasai bahasa Aramaik oleh sebab itu para rabbi Yahudi bekerja keras menghasilkan Targum.

Jika Septuaginta dipakai dengan asumsi masyarakat Yahudi adalah penutur bahasa Yunani maka untuk apa mereka mengusahakan terjemahan Targum ?

Adapun bahasa Yunani pada masa itu (Koine) meski dipaksakan untuk menjadi bahasa formal oleh penguasa Yunani (dalam usaha Hellenisasi) tidak mendapat tempat di dalam masyarakat Yahudi yang sangat anti budaya asing (bandingkan Kis 21:2). Bahasa Yunani hanya dipakai oleh orang-orang Yahudi di diaspora, atau orang-orang Yahudi yang sudah ter-Hellenisasi (berpendidikan di sekolah Yunani) yang mana jumlahnya sangat kecil.

Sayangnya banyak pengajar Kristen yang mengabaikan realitas sejarah dan kondisi sosiologis pada masa itu.




Berapa Banyak Orang Yahudi Yang Mengerti Bahasa Yunani ?

Mari kita baca keterangan Flavius Josephus, seorang sarjana Yahudi kenamaan yang hidup pada masa Perjanjian Baru.

"I have proposed to myself, for the sake of such as live under the government of the Romans, to translate those books into the Greek tongue, which I formerly composed in the language of our country, and sent to the Upper Barbarians; Joseph, the son of Matthias, by birth a Hebrew, a priest also, and one who at first fought against the Romans myself, and was forced to be present at what was done afterwards, [am the author of this work]." (Preface to Wars Against the Jews, 1.1-2)

"And I am so bold as to say, now I have so completely perfected the work I proposed to myself to do, that no other person, whether he were a Jew or foreigner, had he ever so great an inclination to it, could so accurately deliver these accounts to the Greeks as is done in these books. For those of my own nation freely acknowledge that I far exceed them in the learning belonging to Jews; I have also taken a great deal of pains to obtain the learning of the Greeks, and understand the elements of the Greek language, although I have so long accustomed myself to speak our own tongue, that I cannot pronounce Greek with sufficient exactness; for our nation does not encourage those that learn the languages of many nations, and so adorn their discourses with the smoothness of their periods." (Antiquities, 20.11.2)

Josephus mengakui bahwa ia menulis semua buku-bukunya dalam bahasa ibunya Ibrani dan kemudian merasa perlu untuk menerjemah-kannya ke dalam bahasa Yunani. Bahkan sarjana sekelas Josephus pun mengakui bahasa Yunaninya kurang fasih sebab bangsanya memang tidak menganjurkan seseorang untuk mempelajari bahasa asing. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Yunani merupakan bahasa yang sedikit penuturnya di dalam masyarakat Yahudi.

Pemakaian Bahasa Ibrani Dalam Literatur Yahudi


Ketika Mattityahu (Matius) menuliskan Injil Mesias, ia mempergunakan bahasa Ibrani. Hal ini dikonfirmasi oleh keterangan Bapa-bapa Gereja seperti Papias (Eusebius, H.E. 3.39.16), Irenaeus (Adv. Haer. 3.1.1), Origen (Eusebius, H.E. 6.25.4),  Eusebius (H.E. 3.24.6), Epiphanius (Panarion 30. 13.1-30.22.4) dan Yerome (Epist. 20.5).
Hal ini dimengerti sebab baik Mattityahu maupun pembacanya adalah penutur bahasa tersebut. Demikian pula dengan surat Ibrani, surat Yakobus, surat Petrus, surat Yudas, surat Yohanes, dan Wahyu. Baru setelah itu karena dirasa perlu maka beberapa orang menyalin tulisan-tulisan kanonikal tersebut ke dalam bahasa lain. Pernyataan Papias yang terkenal, bahwa Matius mencatat pengajaran Mesias (ta logia) dalam bahasa Ibrani dan ia berusaha untuk menerjemahkannya dengan sebaik-baiknya, memberikan implikasi bahwa hasil terjemahannya itu boleh jadi merupakan teks Injil Matius yang sekarang kita pakai.

Peranan penerjemah juga terlihat pada tulisan kanonikal Yochanan (Yohanes). Kita dapat melihat perbedaan menyolok dari kualitas grammar Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dengan grammar Yunani dari Wahyu Yohanes. Hal ini membuktikan bahwa Yochanan mula-mula menulis keduanya dalam bahasa Aramaik kemudian dua orang yang berbeda, pada tahun yang berbeda, menerjemahkannya ke dalam bahasa Yunani. (Sumber: The Semitic Origin of The New Testament, James Trimm).

Sebenarnya bukan hanya Injil saja yang ditulis dalam bahasa Aramaik tetapi juga seluruh literatur Yahudi yang sezaman dengan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Aramaik, seperti Talmud dan Gemara. Tidak ada satupun yang ditulis dalam bahasa Yunani. Peninggalan-peninggalan historis lainnya juga membuktikan hal tersebut seperti misalnya temuan manuskrip Laut Mati, manuskrip Damaskus, surat Bar Kochba, semuanya ditulis dengan menggunakan huruf Ibrani.

Dalam Bahasa Apa Paulus Menulis Suratnya ?


Surat-surat Rav Sha’ul (Paulus) ditujukan kepada orang-orang Yunani dan Yahudi di diaspora sehingga masuk akal bila ia menuliskannya dalam bahasa Yunani. Tetapi mari kita pelajari dahulu beberapa aspek:

Paulus adalah seorang penutur Ibrani asli (native speaker). Sebagai orang Farisi ia tidak memperoleh pendidikan di sekolah Yunani sebab sekte Farisi tidak memperbolehkan pengikutnya bersekolah Yunani. Ia tidak dapat menulis Yunani dengan baik (Gal 6:11), selalu bepergian dengan ditemani penerjemah (Roma 16:22, 1Tes 1:1, 2Tes 1:1) dan sering menemukan kesulitan untuk menerangkan teologi kelas tinggi di hadapan para pendengarnya orang Yunani (2Pet 3:15-16).

Besar kemungkinan surat-surat Paulus ditulis dengan bantuan seorang penerjemah. Menurut keterangan St. Yerome (Ad Hebidiam, Epistula 120, 11 (c. 406/7), walaupun Paulus menguasai beragam bahasa, ia tidak dapat berkhotbah dengan fasih dalam bahasa Yunani sehingga ia memakai Titus sebagai penerjemahnya (Lukas penulis Injil juga diketahui sebagai salah seorang rekan penerjemah). Jadi kemungkinan besar Paulus menuliskannya terlebih dahulu ke dalam bahasa Ibrani baru kemudian diterjemahkan oleh orang lain di bawah pengawasannya ke dalam bahasa Yunani. Hanya bagian-bagian tertentu seperti salam ditulis dengan tangannya sendiri sebagai tanda keaslian (1Kor 16:21-23, 2Tes 3:17). Pada bagian yang ia tulis sendiri, ia kerap menyisipkan terminologi Aramaik yang amat diragukan dimengerti oleh pembaca Yunani seperti misalnya Maranatha (Mar=Master, Marana=Our Master, Maranatha = "Our Master comes!").

Kebiasaan seperti ini, yakni menulis surat dalam bahasa Aramaik untuk diantarkan kepada jemaat-jemaat di kota lain dalam bahasa-bahasa lokal, sampai hari ini masih dipelihara oleh Patriach Holy Catholic Assyrian Church of The East (Gereja Suryaya Timur) yang berkedudukan di Irak. Keberadaan Gereja Suryaya Timur ini dapat ditelusuri berasal dari zaman para rasul. Sampai hari ini mereka terus memelihara Alkitab mereka yang ditulis dalam bahasa Aramaik Timur. Kita mengenalnya sebagai Peshitta yang secara harfiah artinya "sederhana", sederhana karena jelas ia tidak memerlukan proses penerjemahan.

Alkitab Teks Semitik Pada Masa Kini


Sayangnya pengetahuan akan hal ini tidak dimiliki oleh para pengajar Kristen yang banyak dipengaruhi oleh ajaran Kristen dari Barat (Eropa). Mereka mengira bahwa satu-satunya manuskrip Perjanjian Baru yang ada di dunia ini hanya manuskrip Yunani. Di bawah saya kutip salah satu posting mail dari seorang pengajar Kristen senior:

"...Alkitab Perjanjian Baru ditulis aslinya dalam bahasa Yunani Koine. Tidak satupun naskah Perjanjian Lama dalam bahasa Aram atau Ibrani yang ditemukan tetapi ribuan naskah bahasa Yunani dengan mudah ditemukan."

Ia tidak mengetahui bahwa sedikitnya kita mempunyai empat versi Perjanjian Baru dalam bahasa Semitik yang merupakan turunan dari teks Semitik yang asli: Injil Matius dalam bahasa Ibrani versi Shem Tov dan DuTillet, Empat Injil dalam bahasa Aramaik versi Old Syriac Aramaic, Wahyu dalam bahasa Aramaik versi Crawford dan Perjanjian Baru Peshitta dalam bahasa Aramaik. Yang terakhir ini digunakan secara luas oleh Gereja Suryaya Timur.

Teks Yunani Merupakan Terjemahan Dari Teks Semitik


Berikut ini adalah kutipan dari pakar-pakar linguistik yang mendalami soal orginalitas Perjanjian Baru:

...certain linguistic proofs... seem to show that the Hebrew text [DuTillet] underlies the Greek, and that certain renderings in the Greek may be due to a misread Hebrew original. (An Old Hebrew Text of St. Matthew's Gospel; 1927, p. 17)

...this Gospel of St. Matthew [Old Syriac] appears at least to be built upon the orginal Aramaic text which was the work of the Apostle himself. (Remains of a Very Ancient Recension of the Four Gospels in Syriac;1858;p. vi)

When we turn to the New Testament we find that  there are reasons for suspecting a Hebrew or Aramaic original for the Gospels of Matthew, Mark, John and for the apocalypse. (Hugh J. Schonfield; An Old Hebrew Text of St. Matthew's Gospel; 1927; p. vii)

The material of our Four Gospels is all Palestinian, and the language in which it was originally written is Aramaic, then the principle language of the land... (C. C. Torrey; Our Translated Gospels; 1936 p. ix)

Mereka semua sepakat bahwa teks-teks Semitik di atas bukan merupakan terjemahan dari teks Yunani tetapi sebaliknya merupakan sumber bagi teks Yunani itu sendiri. Hal ini antara lain dibuktikan dengan banyaknya idiom-idiom Aramaik yang salah diterjemahkan ke dalam teks Yunani (Sumber: On announcement of The Hebraic Roots Version New Testament, James Trimm).

Beberapa Contoh Ketidak-Akuratan Terjemahan PB


Berikut ini saya mencoba menyajikan contoh-contoh yang sederhana dimana sebuah kalimat di dalam Perjanjian Baru terbaca janggal di dalam bahasa Yunani, tetapi baru menjadi masuk akal jika kita membacanya dalam bahasa Ibrani dan Aramaik.

KIS 11:27-30

"Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa SELURUH DUNIA bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius. Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam DI YUDEA. Hal itu mereka lakukan juga dan mereka mengirimkannya kepada penatua-penatua dengan perantaraan Barnabas dan Saulus."

Ayat di atas menimbulkan kejanggalan, mengapa orang-orang di Antiokhia mengirimkan bantuan kepada orang-orang DI YUDEA padahal SELURUH DUNIA sedang ditimpa bahaya kelaparan. Mereka tentunya juga sedang menghadapi bahaya kelaparan.

Solusinya terletak pada kata DUNIA yang digunakan dalam manuskrip Aramaik adalah A'RA (Strong's #772) yang merupakan bentuk Aramaik dari kata Ibrani ERETZ (Strong's 776). Kata ini dapat diartikan sebagai "dunia" (seperti dalam Amsal 19:4), "bumi" (seperti dalam Dan 2:35) atau "tanah" (seperti dalam Dan 9:15) dan sering digunakan sebagai eufemisme untuk "Negeri Israel" (seperti dalam Dan 9:6). Jelas bahwa kata ini disini tidak dimaksudkan sebagai "dunia" tetapi "Negeri Israel".

MAT 26:6 = MRK 14:3

"Ketika YAHSHUA berada di Betania, di rumah Simon si kusta,..."

Kita ketahui bahwa penyandang kusta tidak diperbolehkan menetap di dalam kota (lihat Ima 13:46). Karena bahasa Ibrani dan Aramaik kuno ditulis tanpa huruf hidup, maka tidak ada perbedaan antara kata Aramaik GAR'BA (kusta) dan GARABA (pembuat atau penjual buli-buli pualam). Karena kisah tersebut menceritakan tentang seorang wanita membawa buli-buli pualam, maka amat jelas bahwa Simon adalah seorang penjual atau pembuat buli-buli, bukan seorang penyandang kusta.

MAT 19:24 = MRK 10:25 = LUK 18:25

"..., lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Elohim."

Kata "unta" dalam teks Aramaik adalah GAMLA yang dapat berarti "unta" tetapi juga dapat berarti "tali tambang". Dalam perkataan ini tentunya yang dimaksud oleh Yeshua adalah "tali tambang".

Kesalahan-kesalahan remeh ini sebenarnya membuktikan dengan sangat jelas dan tidak terbantahkan bahwa teks Yunani yang dipakai sekarang merupakan hasil terjemahan dari teks asli yang berbahasa Semitik.

Terjemahan Buruk Menjadi Alat Pembenaran Teologi Yang Keliru


Contoh-contoh ketidak-akuratan terjemahan di atas merupakan hal yang remeh yang tidak menghasilkan akibat yang signifikan. Tetapi marilah saya tunjukkan dua dari contoh terjemahan yang buruk yang dipakai sebagai pembenaran terhadap teologi yang keliru.

YOH 1:17

For the law was given by Moses, but grace and truth came by Jesus Christ. (John. 1:17 King James Bible Version)

Jika anda mempunyai KJV, tolong perhatikan kata "but" adalah dalam cetak miring. Kata-kata yang dicetak miring di dalam KJV adalah kata-kata yang ditambahkan oleh penerjemah. Biasanya ditujukan supaya menghaluskan terjemahan sehingga terdengar "enak" dalam bahasa Inggris. Akan tetapi pada ayat-ayat tertentu (seperti ayat di atas), bias penerjemah sangat jelas terlihat. Jika kita belajar dan percaya bahwa tidak ada pertentangan antara "hukum TORAH" dan "kasih karunia" maka tidak ada alasan bagi kita untuk menempatkan kata "but" disini. Kata "and"



GEREJA MULA-MULA BERIBADAH SEPERTI IBADAH ORANG YAHUDI.

Pendahuluan.

            Banyak kali kita mendengar istilah “Back to the Bible” atau dalam bahasa Indonesianya “Kembali ke Kitab Suci”, juga istilah “Gereja Mula-Mula” Tentunya untuk kembali keistilah tersebut diatas maka kita harus tekun dalam membaca Kitab Suci atau istilah umum sekarang adalah Alkitab.

            Untuk itu kita perlu mengenal bagaimana terbentuknya Kitab Suci itu.

            Kitab Suci yang kita kenal dewasa ini terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Yang ditulis oleh sekitar 40 orang dari berbagai kalangan mulai dari orang biasa sampai raja-raja seperti Raja Daud dan anaknya Raja Salomo yang terkenal itu. Hebatnya lagi karena ditulis dalam kurun waktu 1500 tahun yaitu dari tahun 1492 s.M hingga tahun 100 M. sehingga menjadi satu kitab yang unik yang tidak ada duanya didunia. Demikian juga isinya bukan ditulis atas kehendak si penulis tetapi oleh kesaksian Kitab Suci bahwa para penulis dipimpin oleh Roh Kudus dan menerima pewahyuan dari pemilik Firman itu sendiri. Sehingga Kitab Suci disebut juga Adalah Firman Tuhan. Karena pemilik-Nya dapat “menulis” dan “berbicara” kepada umat manusia.  Seperti menulis kedua loh batu yang diberikannya kepada Musa (Kel. 31: 18; 32:16) demikian juga pada masa pembuangan umat Tuhan ke Babilon Ia menulis didinding Raja Belsasar (Daniel 5:5). Ia berbicara langsung kepada Musa sewaktu peristiwa di semak duri yang terbakar. Demikian juga kepada para nabi lainnya. Dalam Perjanjian Baru tatkala YAHSHUA dibaptis tedengar suara dari Surga. (Matius 3:17) demikian juga pada waktu diatas bukit. (Matius 17:5)

            Tentunya setelah mengetahui dengan jelas bagaimana terjadinya Kitab Suci, maka tentunya kita bertanya kepada siapa Ia yang empunya Firman itu mempercayakan Firman-Nya itu?
            Maka tentunya kita menjawab yaitu kepada orang pilihan-Nya yang dipilihnya sesuai dengan rencana-Nya.

Yang pertama menulis Firman Tuhan menjadi bagian dari Kitab Suci adalah Musa pada tahun yang dikenal dengan 5 Kitab Musa. Tapi sebelum Musa tentunya kita melihat jauh kebelakang yaitu, setelah manusia makin memenuhi dunia ini, sempat Tuhan murkah atas ciptaannya, karena mereka telah melupakan pencipta-Nya. Kej.6:5 “ Ketika dilihat YAHWEH, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” Ia membinasakan manunia dengan air bah dan tersisa delapan orang yaitu Nuh dan istrinya serta ketiga anaknya beserta dengan istrinya melalui Bahtera Nuh.
Kemudian manusia terus berkembang biak sampai pada masa Abraham di pangil Nya untuk keluar dari tanah leluhurnya dan pergi untuk menempati tanah perjanjian. Dari Abram yang diubah Tuhan namanya menjadi Abraham memunculkan dua keturunan yaitu Ismail dan Ishak . Kemudian dari Ishak pilihannya muncul Esau dan Jakub. Yakub sewaktu pergumulannya di sungai Yabok diubah namanya menjadi Israel yang dianugerahkan 12 orang anak yang kemudian berkembang menjadi 12 suku Israel dan seterusnya berkembang menjadi 12 suku bangsa. Tapi ditengah perjalanan kedua belas suku bangsa Israel ini terpisah menjadi dua kerajaan. Yaitu 10 suku di Utara yang disebut Kerajaan Israel dan dua suku diselatan dengan Kerajaan YEHUDA yang kemudian dibuang ke Babilon dan sekembalinya mereka disebut dengan orang YAHUDI. Dari orang YAHUDI inilah terbit Juru selamat manusia yaitu namusia YAHSHUA HA MASIAH.

Mulai dari hari kelahiran-Nya telah dinubuatkan oleh para nabi, pada saat keahiran-Nya terjadi mujizat yaitu dengan terdengarnya pujian dari para malaekat kepada para gembala. Kemudian jauh-jauh dari Timur Tuhan mengirim 3 orang majus untuk dating mempersembahkan persembahan mereka kepadanya. Karena cemburu Herodes hendak membunuhnya tapi diselamatkan ke Mesir. Karena tidak ditemui oleh Herodes banyak anak-anak harus mati dibunuh. Kemudian dalam perjalanan hidupnya didunia Ia melakukan banyak mujizat dan tanda-tanda ajaib, sehingga Ia menjadi besar dan bertambah hikmat-Nya dan makin diksihi oleh Elohim dan Manusia. (Luk.2:52)

Mari kita tengok kembali apa yang terjadi setelah 3000 orang peziarah di Yerusalem menyerahkan diri mereka dibaptis dan menerima Mesias. Lukas menulis: "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Elohim. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Elohim." (Kis 2:46). Well, this is a Jewish things!

Memecah roti merupakan istilah yang kerap muncul di dalam Perjanjian Baru, tetapi sedikit yang mengetahui bahwa memecah roti adalah sebuah kebiasaan yang umum di dalam suatu komunitas Yahudi.

Di dalam Talmud istilah yang sama juga kerap kali digunakan (Rosh HaShana 29b, Chullin 7b, Berachoth 39b, Berachoth 46a).
Dan jika kita perhatikan sekali lagi, dimanakah mereka berkumpul untuk belajar firman Tuhan ? Bait Elohim. Mereka sama sekali tidak berpikir bahwa para rasul sedang mengajarkan kepada mereka sebuah konsep teologi yang "baru". Mesias, Injil, Penebusan dan Keselamatan, semuanya adalah konsep Yudaisme. Mereka tetap menjalankan hidup sebagaimana layaknya seorang Yahudi yang saleh.
Hal ini juga terungkap dalam pernyataan Yakobus: "Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum TORAH." (Kis 21:20).

Ini pernyataan luar biasa. Puluhan bahkan ratusan ribu orang Yahudi menerima YAHSHUA sebagai Mesias mereka dan...apa yang terjadi setelah mereka percaya ?
Mereka menjadi "zelotes".
Kata rajin saja tidak cukup untuk menerjemahkan kata Yunani tersebut. Zelotes adalah suatu sikap bertekun yang disertai oleh hasrat dan keinginan yang membara, "zealous" dalam bahasa Inggrisnya. Apakah setelah menjadi percaya mereka berpikir bahwa kini mereka adalah bukan penganut Yahudi ?

Justru sebaliknya, setelah mengundang YAHSHUA di dalam hati mereka, mereka beroleh pemahaman yang benar akan firman Elohim, akan TORAH-Nya. YAHSHUA telah memperbaharui kavanah (motivasi/hasrat) dan hati mereka dalam beribadah kepada Elohim. Jika dahulu mereka bermalas-malasan dalam beribadah, jika semula mereka berlaku munafik dalam memberi sedekah,kini semuanya berubah oleh karena YAHSHUA. YAHSHUA membawa mereka kepada pemahaman dan praktek yang benar akan TORAH-Nya.

Mereka mengerti akan kalimat di bawah ini:
"It is not the Law that must be changed but it is your heart that must be changed."

Proses transisi ?

Beberapa orang mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan ini seperti yang terbaca di dalam sebuah pamflet ini:

 "Jelas Tuhan membolehkan peribadatan Yahudi diteruskan selama tigapuluh tahun setelah Kristus menggenapinya oleh karena kesabaran-Nya, Tuhan secara pelan-pelan memperlihatkan kepada orang Yahudi bagaimana program-Nya sedang berubah...Maka setelah Tuhan secara perlahan membimbing orang Kristen keluar dari agama Yahudi, Ia pada akhirnya mengutus Paulus untuk menulis kebenaran mulia yang memerdekakan ini." (Saved By "Dry" Baptism; Maurice Johnson; pp.9-10) 

Menurut pandangan orang-orang ini, para pengikut YAHSHUA memang pada mulanya tidak meninggalkan peribadatan Yahudi mereka tetapi secara perlahan-lahan mereka dibimbing Tuhan untuk meninggalkan hal tersebut.
Mereka tengah berada dalam "proses transisi". Lambat laun mereka ini menyadari bahwa ibadah Yahudi yang selama ini mereka lakukan telah menjadi "usang" setelah kedatangan Mesias. Kedengarannya seperti kebenaran. Tetapi jika kita menuruti skenario orang-orang ini maka setidaknya kita mempunyai pasal tambahan di dalam Kisah Para Rasul, "pasal 29" yang bercerita: "dan setelah pelayanan Paulus yang luar biasa, ribuan orang Yahudi dengan pelan-pelan mulai meninggalkan ibadah mereka. Mereka menyadari bahwa setelah hidup di bawah karunia Elohim, tidak ada gunanya lagi mereka rajin memelihara TORAH." Nothing, nothing like that!

Ingat, Lukas menyelesaikan Kisah Para Rasul sekitar tahun 70-80 Masehi. Tidak ada satu pun petunjuk dari Lukas yang mengarah kepada skenario tersebut, kecuali anda menghayal injil anda sendiri. Sampai akhir abad pertama dapat dipastikan bahwa para pengikut YAHSHUA sama tidak meninggalkan agama Yahudi mereka.

"Sepeninggal Dia [Yahshua] murid-muridnya ada bersama-sama dengan orang Yahudi dan Bani Israel disinagoga-sinagoga, bersembahyang dan berpuasa di tempat yang sama. Tetapi ada perbedaan pendapat antara mereka dan orang Yahudi mengenai Mesias." (Toldot Yeshu - literatur Yahudi, abad keenam) 

Masalah apa yang terdapat dalam komunitas Nasrani mula-mula ?

Penerimaan Injil oleh bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Elohim dan Hukum-Nya menimbulkan beberapa masalah yang harus diselesaikan, seperti yang dialami oleh Paulus dalam pelayanannya kepada jemaat di Korintus dan Galatia. Paulus mengingatkan mereka mengapa begitu mudahnya mereka berbalik kepada elohim-elohim lain yang pada hakekatnya bukan Elohim (Gal 4:8-11).
Paulus mengingatkan mereka yang masih saja terus memelihara peribadatan mereka yang lama, hari-hari raya mereka yang lama. Paulus berkata: "Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat." (1 Kor 10:21).

Juga ketika mereka melaksanakan Perjamuan Tuhan (yang pada hakekatnya adalah Perjamuan Paskah[1]), mereka melakukannya seperti dahulu mereka melakukan Perjamuan Omophagia bagi Dewa Dionysus, yang dikatakan oleh Paulus: "seperti orang lapar dan orang mabuk".
Paulus menegaskan bahwa Perjamuan Tuhan bukan merupakan perjamuan hura-hura seperti perjamuan berhala. Tambahnya, Perjamuan Tuhan juga tidak boleh diikuti oleh orang-orang yang belum percaya (1 Kor 11:20-31, Kel 12:43-49).

Perlu diingat bahwa bangsa-bangsa ini adalah bagian dari tatanan masyarakat Romawi yang membenci dan memandang rendah agama orang Yahudi. Menurut mereka tidak masuk akal menyembah Elohimyang tidak kelihatan, juga sama tidak masuk akalnya untuk tidak berdagang dan bekerja di hari Sabat.

Menjadi Yahudi adalah hal yang memalukan bagi penduduk Romawi.

Setidaknya ada DUA pengajaran sesat yang menyusup ke dalam komunitas Nasrani mula-mula pada zaman para rasul. Yang pertama mengajarkan bahwa orang-orang non-Yahudi harus menjadi Yahudi terlebih dahulu (disunat), menjalankan semua perintah TORAH, sebelum mereka beroleh keselamatan. Ini adalah persoalan pertama yang timbul, datangnya dari "kelompok Yahudi" yang notabene adalah orang-orang yang pertama kali menerima pengajaran Yeshua. Mereka sulit menerima "konversi instan" yang diterapkan oleh para rasul sebab dalam pandangan Farisi mereka, seseorang diharuskan menguasai dahulu keseluruhan TORAH baru kemudian boleh masuk menjadi umat Elohim. Kebanyakan orang Kristen mengenal "kelompok Yahudi" ini.[2]

Namun apa yang tidak diterangkan dalam dunia Kristen adalah pengajaran sesat yang belakangan muncul dan berasal dari "orang-orang tidak bersunat dari seberang lautan". Mereka ini mengajarkan bahwa orang bukan Yahudi tidak perlu memelihara TORAH setelah mereka beroleh keselamatan. Latar belakang persoalan kedua ini sama sekali berbeda dengan yang pertama karena yang kedua ini disokong oleh budaya paganisme darimana orang-orang bukan Yahudi itu berasal. Mayoritas orang Kristen saat ini tidak pernah mempelajari sejarah abad pertama dan mereka tidak mengetahui bahwa orang-orang percaya yang bukan Yahudi, berasal dari masyarakat Romawi yang tidak bersahabat dengan orang Yahudi. Padahal ini penting untuk memahami Alkitab dengan baik (terutama surat-surat Paulus).

Jauh-jauh hari, Petrus telah mengingatkan kita terhadap bahaya laten orang-orang ini dalam suratnya: "Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain." (2 Pet 3:15-16).

Paulus juga menulis: "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya." (2 Tim 4:3).
 Apakah ajaran "yang memuaskan telinga" itu ? Kebanyakan dari mereka akan sangat puas mendengar jika mereka tidak harus mengikuti cara peribadatan orang Yahudi yang memalukan itu.

Masih dalam kelanjutan suratnya, Petrus menerangkan siapakah pengajar-pengajar sesat ini:
"Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh." (II Pet 3:17)

Mereka yang "tidak mengenal hukum" adalah mereka yang tidak pernah mau belajar, memahami dan mempraktekkan TORAH dalam hidup mereka. Mereka yang menyesatkan orang dengan ajaran-ajaran yang memuaskan telinga, bahwa:
 "sekali kamu diselamatkan dalam YAHSHUA, kamu dibebaskan dari belenggu hukum TORAH."

Istilah belenggu hukum sama sekali tidak dikenal dalam Alkitab. Bagaimana bisa seorang Daud bersuka-cita atas TORAH-Nya jika itu membuatnya terbelenggu ?

YAHSHUA datang bukan untuk membebaskan kita dari hukum-Nya sendiri, tetapi membebaskan kita dari "belenggu dosa".

Dan ibarat lagu yang mengalir, menghanyutkan dan memuaskan telinga, ajaran para penyesat itu jauh mengungguli ajaran para rasul yang sesungguhnya.
Penduduk Romawi yang menjadi percaya di masa itu sebenarnya buta akan pengetahuan tentang TORAH, kecuali bahwa TORAH merupakan hukum bangsa Yahudi, sehingga mereka mudah sekali untuk disesatkan. Dan sekali mereka disesatkan, mereka menurunkannya kepada anak mereka, anak mereka kepada anaknya lagi, demikian seterusnya sehingga kesesatan yang tadinya 1 senti berkembang menjadi 1 meter.

Pengajaran anti semitik bapa gereja.

Setelah generasi para rasul lewat, maka semakin berkembang pula pengajaran-pengajaran yang anti-TORAH dan anti-Yahudi.

Pernyataan-pernyataan para tokoh gereja semakin bernada sinisme, seperti yang saya kutip di bawah ini:

St. Ignatius, uskup Antiokhia (98-117 M)

"Jika kita masih saja menjalankan Yudaisme, kita mengakui bahwa kita belum menerima karunia Tuhan...Adalah salah berbicara tentang YAHSHUA namun hidup seperti orang Yahudi. Karena Kristen tidak percaya Yudaisme tetapi Yudaisme di dalam Kristen." (Surat kepada Jemaat Magnesia - St. Ignatius, uskup Antiokhia (98-117 M))[3]

Marcion (84-160)

 Sementara uskup Sinope yang bernama Marcion (84-160) jauh lebih berani mengajarkan teologianya. Ia mengajarkan:
1.      Seluruh kitab Perjanjian Lama harus dibuang karena berasal dari kuasa jahat, yakni tuhannya orang Yahudi, tuhan yang lebih rendah, bukan Tuhan yang dinyatakan oleh YAHSHUA Kristus. Jadi keduanya adalah tuhan yang berbeda. Yang satu jahat dan yang satu baik.
2.      Membuang semua tulisan dalam Perjanjian Baru yang menurutnya menganjurkan "peribadatan Yahudi" (i.e memelihara hukum TORAH seperti yang tercantum dalam Perjanjian Lama).
3.      Menetapkan kanonisasi Perjanjian Baru sendiri pada tahun 140 SM. Setelah ia selesai melakukan editing terhadap isi Perjanjian Baru, "kitab suci"-nya hanya terdiri atas Injil Lukas (yang telah disensor dari unsur-unsur Yahudi) dan sepuluh buah surat Paulus.
4.      Menolak semua rasul yang lain, kecuali Paulus, sebab menurutnya hanya Paulus yang bisa dipercaya.

Marcion jelas adalah seorang anti Yahudi.
Gereja Marcion yang anti Yahudi ini kemudian berkembang pesat menyebar ke seluruh kerajaan Romawi dan selama berabad-abad mempunyai pengikut tersendiri. Baru pada abad kelima pengikut Marcion pelan-pelan menghilang, lenyap berbaur dengan lautan kekristenan.

Tetapi apakah benar pengaruh Marcion benar-benar musnah di dalam gereja?
Sering kita menemukan orang Kristen yang mengadakan perbedaan antara sifat hukum dalam Perjanjian Lama dengan kasih karunia dalam Perjanjian Baru, sebab mereka memandang hukum TORAH sebagai sesuatu yang berlawanan dengan kasih karunia.
Hukum TORAH dipandang sebagai sesuatu yang usang dan sedikit manfaatnya bagi seorang Kristen. Jika Tuhan Perjanjian Lama dikesankan sebagai tuhan yang gemar mengadili, menghukum dan pemarah sementara itu Tuhan Perjanjian Baru dikesankan sebagai tuhan yang lemah lembut, cinta kasih dan damai, sehingga keduanya nampak seperti dua tuhan yang berlawanan.
Dengan demikian kita akan mendapati tuhan yang mengidap schizophrenic atau kembali kepada paham dua tuhan-nya Marcion.

Pandangan bahwa Paulus mengajarkan kita untuk tidak memelihara TORAH jelas berawal dari ulah Marcion ini.
Jelas sekali bahwa Paulus tidak mengajarkan demikian sebagaimana ia membuktikan hal itu dengan nazar (Kis 21:26).
Apa yang kita terima sekarang pada hakekatnya merupakan warisan dari pengaruh Marcion di masa silam, yang diturunkan generasi demi generasi sehingga tanpa disadari hal tersebut diyakini sebagai kebenaran.

Legalisasi Kristen

Dalam Dekrit Milan Kaisar Konstantinus (280-337) memutuskan untuk menjadikan "agama Kristen" sebagai agama kerajaan karena makin banyaknya penduduk Kerajaan Romawi memeluk Agama Kristen mula-mula itu. Hal ini adalah dalam rangka pertimbangan stabilitas kerajaan semata. Tetapi Kaisar Konstantinus sendiri tetap bertahan sebagai penyembah Dewa Saturnalia (dewa matahari) dan baru bersedia dibaptis ketika hendak menghembuskan nafasnya yang terakhir.



Sebagai agama resmi kerajaan Romawi, agama Kristen harus punya daya pikat terhadap penduduk Romawi yang mayoritas adalah para penyembah berhala (paganisme). Pengikut Agama Kristen harus menjadi agama yang berbaur dengan kepercayaan berhala Roma juga dengan kepercayaan Yahudi. Tetapi Agama baru ini perlu menggantikan budaya Ibrani, budaya yang ada di dalam Alkitab, dengan sesuatu yang dimengerti oleh penduduk Romawi.

Pembauran ini disebut dengan Sinkretisme diantaranya adalah dengan meng-Kristen-kan tradisi dan hari-hari raya berhala Roma yaitu  Omophagia menjadi Komuni, Sol Ivictus menjadi Natal 25 Desember, Ishtar menjadi Easter, Sol Dei (Sun-Day) menjadi hari untuk berbakti menggantikan  hari Sabat.

Usaha Konstantinus untuk memaksa "Gereja mula-mula" melupakan akar Yahudi-nya ini membawa perubahan katalismik terhadap semua orang percaya, baik Kristen Yahudi atau bukan. Cara  ini adalah dalam usaha untuk menghancurkan tata cara hidup jemaat mula-mula yang mengikuti tata cara Ibrani yaitu memakai talit (kain penutup tubuh) dengan titsit (jumbai), doa Maariv,  Sakharit dan Minkha yaitu mengucapkan Shema dan doa berkat lainnya.

Kaisar Konstantinus menetapkan pernyataan berikut untuk diucapkan oleh orang Kristen:

"Saya meninggalkan semua budaya, adat-istiadat, hukum, hari raya Roti Tidak Beragi dan Paskah Yahudi, korban persembahan, doa-doa, upacara pentahiran, nyanyian dan kidung, sinagoga, minuman dan makanan Yahudi. Dengan kata lain saya sungguh-sungguh meninggalkan semua yang berbau Yahudi, setiap Hukum, adat-istiadat dan budaya...(Stefano Assemani, Acta Sanctorum Martyrum Orientalium at Occidentalium, Vol 1 ,Rome 1748, page 105.)

ORANG KRISTEN MULA-MULA MEMELIHARA TORAH.

Aturan main Kaisar ini sebenarnya memperlihatkan kondisi di masa itu bahwa masih banyak "orang Kristen" yang memelihara TORAH seperti halnya jemaat mula-mula. Aturan tersebut diperlukan untuk menyatukan "dunia Kristen", seperti juga yang ia lakukan untuk menyatukan dua kubu yang berselisih, antara Athanasius melawan Arius (Konsili Nicea). Sekali lagi yang dilakukan Kaisar semata-mata demi stabilitas kerajaannya saja. Di luar itu ia sama sekali awam terhadap hal-hal teologia semacam ini.

Jelas sekali bahwa banyak hal telah terjadi sepeninggal YAHSHUA dan para rasul-Nya yang mengakibatkan terpisahnya Kristen dari Yahudi.

Sangat penting bagi keduanya, baik umat Kristen maupun umat Yahudi untuk memahami perubahan-perubahan yang ada. Anda harus mengetahui kapan perubahan itu dibuat, siapa orang yang bertanggung jawab membuat perubahan itu, dan mengapa mereka melakukannya. Selidikilah mana perubahan yang terjadi karena inspirasi Roh Kudus, mana yang dibuat karena nafsu keduniawian atas kekuasaan dan kekayaan, dan mana yang dibuat atas dasar rasa amarah, benci, penolakan, dan ketakutan.


Copyright (c) 2000 Nazarenes Community. http://www.angelfire.com/id/nasrani. This material can be reproduced without obligation but no editing is allowed. Any contact should be addressed to nazarenes@angelfire.com. May peace be upon you.

Lihat artikel "Memecah Roti (dalam pemahaman Ibrani)"

Buku "Tidak Tunduk Kepada Hukum Elohim?" membahas mengenai pengajaran yang tidak benar tersebut dan bagaimana para rasul menyelesaikan permasalahan ini dalam konsili pertama di Yerusalem (50 M).

Lihat artikel "Sikap Anti-Yahudi Para Bapa Gereja"








No comments:

Post a Comment

MAJELIS PUSAT SINODE KONSTITUSIONAL GPRY 2023 - 2028

        No . :  01.001/LAP PELKSN/GPRY-NAS/V/2023 Perihal :   LAPORAN PELAKSANAAN MUNAS  GPRY  KONSTITUSIONAL GPRY 2023 DI LANGOWAN SULU...